Suatu hari aku berkata "Aku dapat!" namun beberapa saat kemudian aku berkata "Hilanglah sudah...". Beberapa kali aku mengalami hal ini, dan mungkin hal yang paling membuatku sedih adalah di saat aku menemukan seseorang yang bisa aku sayangi dan menyayangi aku, tiba-tiba suatu masalah datang untuk memisahkan kami berdua.
Akan aku ceritakan sebagian kisah hidupku yang menurutku sangat berharga dan benar-benar membentuk pribadiku.
Ketika aku menjadi suporter dalam sebuah pertandingan basket. Kebetulan saat itu adalah pertandingan tim basket putri SMA-ku. Karena masih menjadi siswa kelas X, aku belum berani untuk melampiaskan teriakanku untuk mendukung (dan memberikan umpatan) dalam pertandingan tersebut. Aku hanya mengikuti teriakan dan nyanyian yang dikumandangkan oleh para kakak kelas.
Aku melihat seorang pemain yang seangkatan denganku, berambut pendek dan sedikit 'chubby'. Tingginya kira-kira sebahuku. Memang sih, skillnya dalam bermain basket tidak mencolok, dan saat itu dia lebih sering berada di 'bench'.Namun entah kenapa hatiku merasakan sesuatu ketika melihatnya. Namun aku 'sedikit' mengacuhkannya. "Paling cuma perasaan sesaat," pikirku. Dan entah kenapa setelah itu aku jadi jarang melihat pertandingan basket lagi.
Semuanya berjalan, aku melewati hari-hari di sekolah seperti biasa. Aku menikmati masa kelas X seperti biasa. Aku bersenang-senang bersama teman sekelasku, dan sempat juga bekerjasama untuk mengerjakan 'Movie Class' untuk penilaian pelajaran Bahasa Indonesia. Kebetulan aku menjadi asisten sutradara bersama Stella Purnama Chandra atau yang biasa dipanggil Stebi (Stella Babi). Sutradara yang memimpin proyek kami adalah seseorang yang aku kagumi kepribadiannya. Namanya Bob Desmon. Banyak sekali kendala yang kami dapatkan, seperti: pemain utama yang tiba-tiba sakit dan harus digantikan dengan orang lain dengan cara mengganti sebagian skenario (kalau ini yang paling pinter si Vera Arindita buat ngubah naskah), kekurangan pemain sehingga ada yang harus merangkap peran, baterai 'handycam' yang cepat habis, dan juga deadline yang harus dipenuhi. Namun akhirnya semua bisa kami selesaikan dengan bantuan dari teman-teman sekelas. Dan film kami - GGL (Gagal Lagi, Gagal Lagi) - meraih penghargaan terbanyak (dari guru Bahasa Indonesia kami tentunya) setelah dipentaskan dan ditonton bersama di aula SMA kami.
Sempat juga aku menjadi relawan dalam bencana alam gempa di Jogja saat akhir kelas X. Tim yang dikirim bersamaku adalah Bob Desmon, Alvin Budiono, Nicolas Priyo, Jason Widagdo. Di sana kami membantu untuk membersihkan puing-puing rumah Pamong kami saat itu - Rm. Mintoro. Sepulang dari sana punggung kami terbakar karena tidak pernah menggunakan kaos untuk bekerja di siang hari. Alhasil, kami harus tidur tengkurap sampai rasa sakit itu hilang.
Akupun naik ke kelas XI. Dan benar-benar tak kusangka kalau aku akan sekelas dengannya - sang pemain basket yang bertubuh 'chubby'. Sebut saja H. Aku juga bertemu teman lamaku saat kelas 2 SMP, yaitu si I. Aku tak tahu kenapa. Tapi rasanya hatiku mendorong untuk lebih dekat pada H. Aku baru menyadari kalau apa yang kurasakan dulu tampaknya adalah 'Lop et de firs sait' (terjemahan: cinta pada pandangan pertama).
Aku pun melanjutkan persahabatanku dengan I. Cowok itu sangat lucu. Polahnya sedikit kekanak-kanakan, namun tetap dia adalah orang yang menyenangkan. Beberapa kali dia menginap di rumahku dan kami main game bersama (padahal rumahku kira-kira 20km dari sekolah kami).
Dan akhirnya hal itu terungkap. I mengungkapkan padaku kalau dia juga menyukai H. Spontan saja ini membuatku terkejut. Hatikupun bergolak. Dan pada saat itu akupun memutuskan untuk tidak mengejar H. Aku relakan saja dia buat bersama I. Saat itu I selalu curhat padaku tentang caranya mendekati si H. Sempat juga I bercerita tentang usahanya memberikan hadiah tepat saat H berulang tahun, yaitu sekitar pukul 00.00. Namun ternyata respect dari H kurang baik (tampaknya hampir sama dengan kisah si Britto yang mengantarkan kue ulang tahun buat pacarnya di Jatinangor dengan keadaan hujan deras, tanpa jas hujan, serta ditemani beberapa iblis yang selalu menghantuinya). Tentu saja hatiku masih tidak bisa melupakan H, namun aku tetap mendukung I untuk bisa bersama H, karena aku lebih lama kenal I daripada H. I sering bercerita tentang H, dan aku juga jadi tahu seluk-beluk diri H dari ceritanya itu.
Suatu ketika, HPku bergetar - sebuah SMS tiba di inbox-ku. Sepotong kalimat untuk berkenalan muncul di layar HPku. Namun aku menyadari bahwa sang pengirim adalah si H (aku lupa kenapa aku bisa menyadarinya, apakah aku sudah menyimpan nomornya atau I yang memberitahuku). Sampai saat itu aku dan H tidak pernah ber-SMS sama sekali. Dan kami pun mulai dekat. Aku memberitahu I bahwa H mengirimiku SMS. Namun aku tetap mengurungkan niatku untuk menjadi pacar H, sungguh berat perasaanku saat itu.
Lalu semuanya berjalan. Sampai suatu ketika saat aku sedang berada di Malang bersama kakakku pada bulan Desember akhir (aku masih ingat jelas), ada SMS yang masuk ke HPku. Ternyata adalah SMS dari I. Dan inti SMSnya adalah seperti ini: "Cip, H nggak suka ma aku, tampaknya dia suka ma kamu. Kamu aja deh yang ma dia". Aku benar-benar bingung. Hatiku begitu senang, namun juga tak tega. Dan aku rasa ini adalah sebuah 'lampu hijau' buatku. Aku pun mulai mendekati H.
Mulai dari saat aku mendekati H, suasana kelas sedikit berbeda. Cewek-cewek sering membicarakan bahwa aku 'menelikung' H dari I (entah itu cuma perasaanku atau emang benar-benar terjadi). Namun aku mengacuhkan itu. Aku hanya menikmati kedekatanku dengannya.
Suatu ketika, aku mendapat dorongan dari seseorang (yang tak bisa kusebutkan namanya karena AKU YAKIN dia tak akan mengakui hal ini) untuk menembak H hari itu juga. Padahal aku sama sekali belum ada persiapan, aku hanya berbekal rasa cinta pada H. Dan akhirnya aku mengatakannya di luar kelas saat pulang sekolah (serta diintip oleh beberapa teman dari kejauhan). Dan setelah itu dia tampak bingung (mungkin karena persiapanlu yang kurang dan cara menembakku yang 'aneh' - benar-benar aneh, aku malu :P). Dan diapun belum mau menjawab 'tembakan'ku itu. Beberapa hari berlalu dan aku terus menanti jawabannya (beberapa temen juga mengalami hal ini - DAMN YOU GIRLS !!! :P). Dan akhirnya aku tak sabar dan meminta jawaban darinya sesegera mungkin (emosi... emosi...). Dia pun menjawab Ya.
Tak ayal hatikupun langsung terbang dan rasa bahagia mengalir di dalam nadiku. Akhirnya aku mendapatkannya. Seseorang yang aku harapkan untuk kumiliki selama ini.
----------------------------------------------------------------------------
Sabtu, 04 April 2009
Langganan:
Postingan (Atom)